Sabtu , April 20 2024
Home / Nasional / Menimbang Keuntungan Dan Kerugian Energi Kotor PLTU

Menimbang Keuntungan Dan Kerugian Energi Kotor PLTU

BP_Jakarta——-Matahari mulai terang di Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Suralaya, Banten. PLTU adalah salah satu jenis instalasi pembangkit tenaga listrik dari mesin turbin yang diputar oleh uap, yang dihasilkan melalui pemanasan dengan menggunakan menggunakan batubara. 

PLTU batubara merupakan sumber utama dari listrik dunia saat ini. Diperkirakan lebih kurang 60% listrik dunia bergantung pada batubara, hal ini dikarenakan PLTU batubara bisa menyediakan listrik dengan harga yang murah. Kelemahan utama dari PLTU batubara adalah pencemaran emisi karbonnya sangat tinggi, paling tinggi dibanding bahan bakar lain. 

Pada tahun 2014 di Indonesia tepatnya di Kalimantan Selatan, sepanjang 3000 km atau sebanyak 45% berpotensi tercemar limbah berbahaya dari konsesi tambang. Penambangan batubara menyebabkan kerusakan yang tidak dapat diperbaiki. 
Saat ini terdapat PLTU tersebar dan beroperasi di Indonesia, melepaskan jutaan ton polusi setiap tahunnya. Dari waktu ke waktu PLTU-PLTU tersebut mengotori udara kita dengan polutan beracun, termasuk merkuri, timbal, arsenik, kadmiun dan partikel halus namun beracun, yang telah menyusup ke dalam paru-paru masyarakat.
Kualitas tanah menjadi menurun, sama halnya terhadap kualitas air serta udara. Tak hanya sampai di situ, kenyamanan masyarakat yang tinggal di sekitar pertambangan juga terganggu, belum lagi bicara tentang kesehatan manusianya yang semakin lama melemah.
Estimasi yang dilakukan Universitas Harvard dalam laporan Greenpeace Indonesia 2015, menunjukan Penyebab utama dari kematian dini termasuk stroke (2.700), penyakit jantung iskemik (2.300), kanker paru-paru (300), penyakit paru obstruktif kronik (400), serta penyakit pernafasan dan kardiovaskular lainnya (800). 
Estimasi angka di atas diperkirakan akan melonjak menjadi sekitar 15.700 jiwa/tahun seiring dengan rencana pembangunan PLTU batubara baru. 
Melihat kondisi di atas mestinya Indonesia mengikuti tren energi bersih untuk masa depan yang lebih baik, dan menjadikan Indonesia sebagai pemimpin revolusi energi bersih. Mengikuti Tiongkok, Vietnam, Korea Selatan, India serta negara lainnya.

Angka kematian tersebut bahkan belum termasuk puluhan PLTU baru yang akan dibangun di bawah program 35 GW yang digaungkan Pemerintah Jokowi saat ini. Sebelum Presiden Jokowi mengumumkan rencana energi baru, Indonesia sudah berencana untuk meningkatkan kapasitas pembangkit listrik sebesar 20.000 megawatt, darinya sekitar 117 merupakan PLTU.

Bisa dibayangkan emisi dari PLTU batubara: Bisa meningkatkan partikel beracun di udara , meningkatkan risiko penyakit seperti stroke, belum lagi kanker paru-paru, jantung dan penyakit pernapasan pada orang dewasa, serta infeksi pernafasan pada anak anak.
PLTU menyebabkan kematian dini akibat paparan SO2, NOx dan paparan partikel berbahaya (PM2.5) di udara. Hujan asam berdampak pada kondisi tanaman dan tanah. Emisi logam berat beracun seperti merkuri, arsenik, nikel, kromium dan timbal. 

Dalam hal ini Presiden Jokowi, harus melaksanakan komitmennya pada COP 21 di Paris untuk menurunkan emisi hingga 29% pada 2030.Tentu saja komitmen itu bisa dijalankan jika pemerintah serius untuk mendorong pemanfaatan energi bersih terbarukan dan melepaskan ketergantungannya pada energi fosil. Hal terpenting yang harus dilakukan pemerintah adalah mendorong pemanfaatan energi bersih dan terbarukan yang sumberdayanya melimpah di Indonesia. (Fadlik Al Iman)

The following two tabs change content below.

About admin

Check Also

Pengamatan Burung SAI Dan Belantara Foundation

BP, Jakarta — Belantara Foundation dan Sekolah Alam Indonesia (SAI) tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP) …