BP, Roma — AS Roma menjalani laga spesial di Stadion Olimpico, Roma pada Ahad (28/5/2017) melawan Genoa. Laga ini menjadi spesial karena ini adalah pertandingan terakhir bintang mereka, Fransesco Totti.
AS Roma sukses meraih kemenangan dengan skor 3-2 lewat gol Edin Dzeko di menit ke 10, De Rossi di menit 74 dan Perotti di menit ke 90. Genoa sempat membobol gawang Roma dua kali lewat aksi Pietro Pellegri dan Darko Lazovic (menit ke 3 dan 79).
Totti masuk lapangan di babak kedua menggantikan Mohammed Salah pada menit ke 54. Totti bermain baik di laga terakhirnya ini. Umpan-umpan Totti beberapa kali menusuk pertahanan Genoa dan nyaris berbuah gol.
Totti memperkuat tim ibu kota Italia ini sejak tahun 1992 silam. Ia menutup karirnya di Roma dengan mengantarkan timnya meraih kemenangan.
Dengan kemenangan ini, Roma duduk di peringkat ketiga klasemen akhir Serie A Italia dan berhak atas tiket langsung lolos ke Liga Champions.
Usai pertandingan, acara perpisahan digelar di dalam stadion. Sebuah jersey raksasa berwarna merah kuning bertuliskan nomor punggung keramat milik Totti ’10’ dihamparkan di tengah lapangan.
Hujan air mata tumpah di Olimpico. Pemain berusia 40 tahun ini tampak menangis bersama ribuan tifosi Roma di Olimpico dan jutaan tifosi Roma di berbagai penjuru dunia yang menyaksikan laga ini lewat tivi. Rekan-rekan setimnya pun turut berlinang menangisi kepergian putra daerah asli kelahiran Roma 27 September 1976 ini.
Setelah sejenak menenangkan diri, Totti kemudian mengitari pinggir lapangan untuk berpisah dengan tifosi Roma. Didampingi istri dan ketiga anaknya, Totti terus berjalan sambil memasang muka sedih.
Totti menyampaikan pidato perpisahannya yang dibuka dengan kata ‘ssstt’. Sedikit tawa di tengah haru penonton. Lalu Totti menyampaikan pidatonya.
Terjemahan pidato Francesco Totti (diterjemahkan oleh Andi Irawan seorang Romanisti dari Indonesia).
“Terima kasih, Roma
Terima kasih untuk ibu dan ayah saya, saudara laki-laki saya, saudara saya dan teman-teman saya.
Terima kasih untuk istri saya dan ketiga anak saya
.
Saya ingin memulainya dari akhir – dari perpisahan ini – karena saya tidak tahu apakah saya bisa membacakan kalimat ini.
Tidak mungkin meringkas waktu selama 28 tahun dalam beberapa kalimat.
Saya ingin melakukannya dengan sebuah lagu atau puisi, tapi saya tidak bisa menulis apapun.
Selama bertahun-tahun, saya telah mencoba untuk mengekspresikan diri melalui kaki saya, yang telah membuat segalanya lebih sederhana untuk saya sejak masih kecil.
Berbicara tentang masa kanak-kanak, dapatkah Anda menebak permainan yang menjadi favorit saya? Tentu saja, sebuah permainan sepak bola! Dan hari ini masih saya lakukan.
Dalam suatu kehidupan, Anda akan mengalami sebuah perubahan – seperti yang telah saya katakan dan inilah keputusan saya.
Kejamnya waktu.
Jika mengingat kembali pada tanggal 17 Juni 2001, kami semua ingin waktu tersebut tidak berlalu dengan cepat.
Kami tidak sabar mendengar wasit meniup peluit akhir.
Saya masih teringat apa yang kami pikirkan pada saat itu.
Hari ini, waktunya telah tiba untuk saya berkata:
“Kita harus berkembang. Hingga waktu ke depan, saya akan terus berkembang. Kini saya harus melepas celana pendek dan sepatu itu, karena mulai hari ini saya kembali menjadi seorang pria biasa. Saya tidak bisa lagi menikmati bau rumput, sinar matahari di wajah saat saya menahan sasaran dari lawan, sebuah adrenalin yang saya alami, dan merasakan kegembiraan saat merayakannya kemenangan.”
Selama beberapa bulan terakhir, saya bertanya pada diri sendiri mengapa saya terbangun dari mimpi ini.
Bayangkan jika Anda adalah anak yang memiliki mimpi yang indah dan ibu Anda membangunkan Anda untuk pergi ke sekolah.
Anda ingin terus bermimpi… Anda mencoba menyelinap kembali ke dalam mimpi tapi Anda tidak pernah bisa.
Sekarang ini bukan mimpi, tapi kenyataan.
Dan saya tidak bisa lagi masuk ke dalam mimpi tersebut.
Saya ingin mempersembahkan surat ini untuk kalian semua – kepada semua anak-anak yang telah mendukung saya.
Kepada anak-anak terdahulu, yang kini sudah tumbuh dewasa dan menjadi orang tua, kepada anak-anak di jaman sekarang, yang mungkin selalu meneriakkan ‘Tottigol’.
Mungkin saya akan berpikir, karir saya akan menjadi sebuah cerita bagi Anda untuk ke depannya.
Sekarang ini benar-benar telah berakhir.
Saya melepas jersey ini untuk terakhir kalinya.
Saya akan melipatnya, meski saya belum siap untuk mengatakan ‘cukup’ dan mungkin saya tidak akan pernah melakukannya.
Maafkan saya karena tidak memberikan wawancara dan mengklarifikasi apa yang saya pikirkan, tapi tidak mudah untuk saya menggambarkan perasaan ini.
Saya takut. Ini bukan ketakutan seperti yang saya rasakan saat berdiri di depan gawang, untuk mengambil penalti.
Kali ini, saya tidak bisa melihat seperti apa masa depan melalui lubang-lubang yang terdapat di jaring tersebut.
Izinkan saya untuk merasa takut.
Kali ini, sayalah yang membutuhkan Anda dan cinta yang selalu Anda tunjukkan kepada saya.
Dengan dukungan dari Anda, semoga saya berhasil untuk mengubah lembaran hidup saya dan menempatkan diri saya ke dalam sebuah petualangan yang baru.
Sekarang, inilah saatnya saya mengucapkan terima kasih kepada semua rekan satu tim, pelatih, direktur, presiden dan setiap orang yang telah bekerja sama dengan saya selama masa ini.
Kepada para penggemar dan Curva Sud serta untuk semua orang Romawi dan Romanisti.
Terlahir sebagai seorang Roman dan Romanisti adalah suatu hak yang istimewa.
Menjadi kapten tim ini adalah sebuah kehormatan.
Anda akan selalu berada dalam hidup saya. Saya tidak akan lagi menghibur kalian dengan kaki saya, tapi hati saya akan selalu ada bersama kalian.
Sekarang, saya akan menuruni tangga dan memasuki ruang ganti yang menyambut saya saat kecil dahulu dan sekarang saya pergi sebagai seorang pria biasa.
Saya bangga dan senang telah memberi Anda cinta selama 28 tahun ini.
Saya mencintai kalian.”
Sejak menapaki karier profesional dengan memperkuat Roma 1992 silam, Totti belum pernah berganti kostum.
Selama seperempat abad berkarier, total Totti mencatat 785 penampilan dengan 307 gol. Totti telah mempersembahkan gelar scudetto 2000/2001, Coppa Italia 2006/2007, 2007/2008 serta super Coppa 2001 dan 2007. Sedangkan untuk negaranya, Totti jadi aktor penting saat Italia merengkuh trofi Piala Dunia 2006 di Jerman terutama dengan drama penaltinya saat mengatasi Australia di semifinal. (RWN)
admin
Latest posts by admin (see all)
- Belantara Foundation Tanam Pohon Langka Di Riau - November 29, 2024
- Pengamatan Keanekaragaman Hayati SMA 1 Sukaraja Bogor - November 26, 2024
- Sevenist Menerangi Indonesia 3 Bantu Ponpes di Lampung - November 26, 2024