Kamis , Desember 5 2024
Home / Internasional / Ima, Perempuan Jawa Timur Penasehat Gedung Putih

Ima, Perempuan Jawa Timur Penasehat Gedung Putih

BP_Los_Angeles——-Seorang perempuan asal Indonesia asal Desa Gondanglegi, tak jauh dari Kota Malang Jawa Timur akan memberi pidato dalam Konvensi Nasional Partai Demokrat (DNC) Amerika Serikat. Konvensi ini akan digelar di Kota Philadelphia pada 26 Juli 2016.

Ima Matul Maisaroh yang berusia 33 tahun akan menyampaikan pidatonya dalam DNC. Ima adalah salah satu dari 10 anggota Dewan Penasehat Gedung Putih sejak Desember 2015.

Ima akan menceritakan pengalaman pribadinya terjebak dalam dunia perbudakan dan penyelundupan manusia. Coalition to Abolish Slavery & Trafficking (CAST) menyelamatkan Ima dari kekerasan oleh majikannya di Los Angeles. Pada tahun 1997 perempuan jebolan kelas 1 SMA Khoirudin ini diterima bekerja sebagai pramuwisma pada seorang pengusaha interior disainer asal Indonesia yang bermukim di Los Angeles. Ketika itu Ima baru berusia 17 tahun.

“Sejak sampai di Bandara LAX, paspor saya sudah ditahan oleh majikan saya,” tutur Ima yang enggan menyebut nama bekas majikannya itu.

Selama tiga tahun, Ima Matul harus bekerja lebih dari 12 jam. Hampir setiap hari, Ima menjalani siksaan dan pukulan dari majikannya. Untuk kesalahan kecil yang dibuatnya, Ima harus menerima pukulan dan tamparan berkali-kali. “Sampai sekarang, bekas luka di kepala masih bisa dilihat,” ujar Ima seraya menekankan, waktu itu ia tidak bisa berbahasa Inggris sama sekali.

Setelah tiga tahun, Ima tidak tahan lagi. Pada tahun 2000, perempuan desa ini nekat menyisipkan sebuah notes kecil berisi ‘Permintaan Tolong’ kepada seorang penjaga bayi tetangganya. Tetangga inilah yang menolong Ima melarikan diri dari rumah majikannya dan mengantarkannya ke kantor CAST. “Waktu itu saya tidak bawa paspor,” kata Ima melanjutkan. Setelah beberapa bulan tinggal di rumah penampungan kaum gelandangan, Ima pun akhirnya bisa tinggal di rumah layak dan bekerja di CAST.

Agar paspornya dikembalikan, Ima berpura-pura pulang ke Indonesia. Ditemani seorang agen FBI, Ima bertemu dengan majikannya di Bandara LAX. “Saya juga dipasangi alat penyadap untuk merekam seluruh pembicaraan,” tutur Ima dengan bahasa Inggris yang rapi. Singkat cerita, majikannya memberinya tiket pesawat sekali jalan ke tanah air dan berjanji hendak mengirim uang gajinya, setelah Ima tiba di Malang, Jawa Timur.

Gaji itu tidak dibayarkan majikannya karena Ima tidak pulang ke Malang. “Saya hanya masuk ke ruang dalam Bandara dan keluar lagi,” kata Ima yang akhirnya tidak mau menuntut majikannya yang berlaku kasar itu. Menurutnya, pihak FBI tidak bisa melakukan penahanan majikannya, karena tidak ada tuntutan dari Ima.

“Prosesnya cukup berbelit dan membutuhkan saksi mata yang jelas. Dan aksi kekerasan itu terjadi di dalam rumah tanpa diketahui banyak orang,” kata Ima menuturkan. “Lagipula bekas-bekas luka saya dianggap kurang menunjukkan luka serius, meski terdapat bekas luka di kepala,” sambungnya, seraya enggan menyebut nama bekas majikannya itu. Kasus itu memang berhenti sampai di situ. Dan sebagai warga AS, bekas majikannya masih tinggal di Los Angeles.

Meski begitu, Ima Matul tetap tegar. Malah, sebaliknya, karirnya sebagai aktivis makin menanjak dan berhasil diundang ke berbagai pertemuan tingkat tinggi di Washington DC. Bagi Ima, bertemu dengan para pejabat tinggi seperti Menteri Luar Negeri John Kerry, bahkan dengan Presiden Barrack Obama, sudah pernah dilakukannya.

Namun ada satu orang yang ingin ditemuinya. Yakni, Hillary Rodham Clinton yang kini menjadi kandidat presiden dari Partai Demokrat. ‘’Saya belum pernah bertemu dengan Hillary Clinton,” ujar Ima. Srikandi dari Jawa Timur ini berharap bisa bertemu dengan Hillary Clinton di acara Konvensi Nasional Partai Demokrat di Philadelphia.

“Dia satu-satunya pejabat tinggi AS yang punya program membantu para korban perbudakan dan perdagangan manusia, dengan menyumbang dana lewat Clinton Foundation,” kata Ima, ibu 3 anak yang bersuamikan orang Sunda. “Saya hanya dua hari di Philadelphia, karena tidak ada yang nungguin anak-anak. Suami saya sedang pulang ke tanah air karena menunggu orang tuanya yang sedang sakit,” tutur Ima Matul Maisaroh. (RWN. Sumber Indonesia Latern)

The following two tabs change content below.

About admin

Check Also

Ketua PP Muhammadiyah: SAR Adalah Kegiatan Mulia

BP, Jakarta — Sudah sepantasnya kita sebagai bangsa Indonesia memberi prioritas kepada Timor Leste, karena …