Kamis , Desember 5 2024
Home / Internasional / Berenang Selamatkan Nyawa Saat Mengungsi. Yusra Mardini Kini Berenang Di Olimpiade

Berenang Selamatkan Nyawa Saat Mengungsi. Yusra Mardini Kini Berenang Di Olimpiade

BP_Rio de Janeiro——-Agustus lalu, Mardini dan adiknya Sarah mengungsi dari Suriah. Kampung halaman mereka porak poranda karena perang saudara yang semakin mengerikan. Mereka melakukan perjalanan selama sebulan melintasi Libanon, Turki, dan Yunani melalui Balkan dan Eropa Tengah. Mereka meletakkan hidup mereka antara penangkapan dan kematian dalam perjalanan mengungsi. Dalam perjalanan dari Turki menuju Yunani, sampan mereka rusak, Yusra dan kakaknya yang juga perenang melompat ke dalam air, berenang selama tiga setengah jam untuk membantu sampan mereka menepi ke tempat yang aman. Perahu yang bermuatan 20 orang lebih pengungsi itu selamat.

“Saat itu di hadapan saya semua tampak abu-abu. Rasanya seperti seluruh hidup saya lewat di mata saya,” tuturnya. Perjalanan panjang tersebut membawa Mardini ke Jerman, sebagai tempat kamp pengungsi sementaranya. Salah satu pertanyaan pertama yang diajukan Mardini di kota asing tersebut adalah dimana kolam renang terdekat.

Penerjemah berbahasa Mesir pun menunjukkan Wasserfreunde Spandau 04, salah satu klub renang tertua di Berlin. “Mereka melihat teknik renang kami, melihat itu bagus, mereka menerima kami,” kata Mardini. Pelatih renang terkesan dengan teknik renang kedua bersaudara asal Suriah itu, terutama Mardini yang kini didukung oleh Komite Olimpiade Suriah.

Setelah empat pekan pelatihan, pelatih Mardini, Sven Spnnerkrebs, mulai membuat rencana untuk Olimpiade Tokyo pada 2020. Namun Maret tahun ini,  International Olympic Committee (IOC) mengumumkan bahwa akan ada tim dari para pengungsi di Olimpiade musim panas di Rio, Brasil. Nama Mardini masuk dalam 43 pengungsi yang dicatat IOC akan bermain dalam Olimpiade. 

Kontan saja “pesan harapan” tersebut membuatnya menjadi buruan media. Wawancara wartawan dari Jepang, Amerika Serikat dan seluruh Eropa bahkan membuat pelatihnya harus melempar telepon Mardini ke kulkas. Perhatian-perhatian dari dunia membuatnya sulit, tapi dia mengaku tak takut harapan atau tekanan. 

“Saya ingin menginspirasi semua orang. Ini bukan berarti saya harus membantu, tapi jauh dalam hati, saya ingin membantu pengungsi lain,” katanya. Dua bulan sebelum Olimpiade Rio, Mardini menerima sebuah email dari International Olympic Committee (IOC). Saat membacanya perasaan Mardini campur aduk antara haru dan kegembiraan. Dia akan bersaing di Olimpiade.

“Saya sangat senang. Ini mimpi yang menjadi kenyataan, Olimpiade adalah segalanya, ini kesempatan hidup,” ujarnya.  Pelatih Mardini menggambarkan asuhannya itu sebagai sosok yang fokus. Sang Ayah mengungkapkan kegembiraannya. Ia mengatakan kalau putrinya telah menghidupkan mimpinya. (RWN)

The following two tabs change content below.

About admin

Check Also

Ketua PP Muhammadiyah: SAR Adalah Kegiatan Mulia

BP, Jakarta — Sudah sepantasnya kita sebagai bangsa Indonesia memberi prioritas kepada Timor Leste, karena …