BP_Bandung——–Keprihatinan terhadap permasalahan yang menghinggapi dunia pendidikan ternyata menjadi hal yang menarik diangkat dalam suatu performance art. Sekumpulan pelajar SMA 6 Kota Garut berseragam putih abu melakukan performance art mengangkat tema tersebut (23/10/2015). Tim Serdut, demikian nama komunitas mereka. Kalau komunitas seni dari kalangan perguruan tinggi melakukan performance art mungkin sudah biasa, namun kalau dilakukan oleh sekelompok pelajar tentu menjadi hal yang luar biasa. Itulah cuplikan cerita dari Djamoe #5 yang menjadi wadah berbagai kalangan seniman, dengan cakupan yang luas, untuk menampilkan karya. Apresiator yang datang juga demikian bahkan tampak anak sekolah dasar datang menjadi apresiator. Terlihat juga para guru yang mendampingi siswanya yang tampil dalam Djamoe #5.
Fakultas Pendidikan Seni dan Desain (FPSD) Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) menggelar Djamoe #5 sejak tanggal 22 sampai 24 Oktober 2015 di Kampus UPI, Jalan Dr. Setiabudhi No. 229 Bandung. Djamoe 5 yang dulunya diselenggarakan mahasiswa Departemen Seni Rupa yang bernama Djamoe Cap IKIP telah terjadi empat kali pada tahun 2001, 2004, 2007, dan 2010.
Dengan Djamoe #5 ini, FPSD ingin menyapa kembali pendidikan seni saat ini. Oleh sebab itu, tema dari acara Djamoe ini adalah “Seni Eduhai”. “Edu” berasal dari kata “Edukasi” dan “Hai” adalah menyapa. Artinya menyapa kembali pendidikan seni saat ini, dan menyampaikannya kembali kepada semua kalangan masyarakat.
Ketua Panitia Djmaoe #5, Agung Bakti dalam press conference di Taman Musik, Jln. Belitung, Bandung, Ahad (4/10/2015), menjelaskan, Djamoe 5 merupakan acara yang akan mengundang kalangan pelajar, mahasiswa, dan seluruh masyarakat untuk berekspresi dengan keindahan seni yang sebenarnya dengan tidak melupakan nilai edukasi di dalamnya.
Sementara itu Saron dan Andri menambahkan, pendidikan dan seni yang berkembang dilihat dari banyaknya kesenian yang hampir punah. Makanya dengan Djamoe ini bisa menjadi metode baru memberikan pendidikan seni yang berbeda kepada masyarakat untuk menyeimbangkan kesenian yang hampir punah dengan perkembangan seni sekarang.
“Sehingga, seni terus berkembang dan tidak akan ada yang punah. Djamoe juga sebagai wadah untuk seluruh komunitas dan band Bandung yang lagi naik daun dan bahkan bisa jadi sebagai batu loncatan untuk mereka, dan permainan tradisional yang akan jadi bagian dari acara ini yang akan memutar waktu untuk mengingatkan kembali masa kecil generasi 90-an yang bahagia tanpa perkembangan tekhnologi zaman sekarang,” ujar Saron.
Selain itu Djamoe #5 juga terdiri atas pameran seni internasional, bazar, karnaval, performance art, video mapping Isola, dan kewajiban UPI sebagai kampus pendidikan menyediakan lomba ilustrasi dan musik, workshop musik digital, batik, lukis totebag, sablon, komik, dan lettering. (Adi Priyatna)
admin
Latest posts by admin (see all)
- Belantara Foundation Tanam Pohon Langka Di Riau - November 29, 2024
- Pengamatan Keanekaragaman Hayati SMA 1 Sukaraja Bogor - November 26, 2024
- Sevenist Menerangi Indonesia 3 Bantu Ponpes di Lampung - November 26, 2024