BP, Jakarta — Sebuah kegiatan edukasi tentang pengenalan dan pelestarian primata Indonesia dilaksanakan di SMA Sumbangsih, Jalan Ampera, Jakarta Selatan pada Jumat, 3 Februari 2017. Acara ini terselenggara berkat kerjasama antara BScC Indonesia, ‘LUTUNG’ Forum Studi Primata Fakultas Biologi Universitas Nasional, Sekolah Pascasarjana Prodi Magister Biologi Universitas Nasional, Pusat Riset Primata Universitas Nasional, Profauna dan Simpul Indonesia.
Dalam kegiatannya, mereka membagikan stiker dan poster jangan membeli primata, jangan berburu, jangan memelihara dan juga pemutaran film mengenai habitat dan ancaman orangutan. Mereka juga menegaskan Stop Perburuan Primata dan Stop Beli Primata.
Koordinator edukasi sekaligus Ketua BScC Indonesia, Ahmad Baihaqi menjelaskan sejak tanggal 30 Januari 2001 ditetapkan sebagai Hari Primata Indonesia, hal ini dikarenakan tren perburuan primata semakin meningkat dalam kurun 5 tahun terakhir. Fakta ini dibuktikan salah satunya dengan semakin maraknya kegiatan berburu yang dilakukan masyarakat sebagai alternatif hobi, dan juga banyaknya foto-foto terkait perburuan primata yang beredar di sosial media.
“Tak kenal maka tak sayang, tak sayang maka tak cinta, tak cinta maka tak peduli. kami mengenalkan primata Indonesia kepada siswa SMA Sumbangsih agar mereka peduli dan bersama-sama melestarikan primata Indonesia,” ujar Abay, panggilan akrab Ahmad Baihaqi yang juga mahasiswa Sekolah Pascasarjana Program Studi Magister Biologi Universitas Nasional, Jakarta.
Primata sebagai komponen penting dalam menjaga keseimbangan ekosistem hutan yang memiliki fungsi utama sebagai penebar biji. Namun, perubahan kawasan hutan menjadi area pertanian dan pemukiman menyebabkan hilangnya sebagian habitat alami sehingga mengancam kelestarian populasi primata.
Ketua Pusat Riset Primata Universitas Nasional, Dr. Sri Suci Utami Atmoko menjelaskan saat ini, lebih dari 70% primata Indonesia terancam punah akibat konversi lahan dan perburuan. Jika dahulu orang berburu untuk memenuhi kebutuhan hidup, lain halnya dengan saat ini dimana sebagian besar orang berburu primata untuk kesenangan saja dan primata tersebut dianggap sebagai hama.
“Jika menjadikan primata sebagai pet atau hewan peliharaan, kita dapat tertular penyakit hepatitis (A,B,C), TBC, herpes, malaria, tifus, cacingan atau sebaliknya,” tambah Suci.
Beberapa jenis primata yang terancam punah saat ini hidup di habitat hutan yang terfragmentasi. Degradasi dan fragmentasi hutan secara langsung menyebabkan terjadinya isolasi habitat, penurunan daya dukung alam serta meningkatkan efek tepi akibat dari semakin luasnya batas pinggiran hutan yang terbuka. Kondisi demikian sangat mengancam kelestarian populasi primata dan satwa liar yang lain.
Tri Rahmaeti, delegasi dari “Lutung” Forum Studi Primata Fakultas Biologi Universitas Nasional menjelaskan hasil penelitian yang dilakukan di Bumi Perkemahan dan Wisata (Buperta) Cibubur serta Hutan Desa Dayeuh Luhur, Ganeas, Sumedang, Jawa Barat.
“Keberadaan primata di habitat alaminya dapat dijadikan sebagai sarana pendidikan bagi pelajar.” Ungkap Tri. (RWN)
admin
Latest posts by admin (see all)
- Belantara Foundation Tanam Pohon Langka Di Riau - November 29, 2024
- Pengamatan Keanekaragaman Hayati SMA 1 Sukaraja Bogor - November 26, 2024
- Sevenist Menerangi Indonesia 3 Bantu Ponpes di Lampung - November 26, 2024