Senin , Juni 23 2025
Home / Nasional / Sektor Swasta Jepang Tanam Pohon Di Tahura Sultan Syarif Hasyim

Sektor Swasta Jepang Tanam Pohon Di Tahura Sultan Syarif Hasyim

BP, Riau — Belantara Foundation mengajak mitra sektor swasta Jepang menanam bibit pohon secara simbolis di kawasan Taman Hutan Raya Sultan Syarif Hasyim (Tahura SSH), Provinsi Riau pada Selasa, 17 Juni 2025. Aksi tanam pohon ini terselenggara atas kerja sama dengan Kesatuan Pengelola Hutan Produksi (KPHP) Minas Tahura serta Kelompok Tani Hutan yang menjadi mitra Tahura SSH. Jenis bibit pohon yang ditanam antara lain adalah ramin (Gonystylus bancanus) dan gaharu (Aquilaria malaccensis), yang keduanya termasuk dalam kategori spesies pohon langka yang perlu dilestarikan. Penanaman ini merupakan salah satu bentuk aksi nyata kerjasama multipihak dalam upaya pemulihan atau restorasi hutan yang terdegradasi.

Direktur Eksekutif Belantara Foundation, Dr. Dolly Priatna mengatakan bahwa restorasi ekosistem merupakan salah satu isu global yang penting saat ini. Sidang Majelis Umum PBB telah mendeklarasikan the UN Decade on Ecosystem Restoration untuk mensinergikan upaya restorasi ekosistem secara masif pada ekosistem yang rusak dan terganggu pada periode 2021-2030. Dunia telah menargetkan pemulihan seluas 1,5 miliar hektar lahan terdegradasi pada 2030. Restorasi ekosistem dianggap sebagai salah satu langkah strategis untuk memitigasi perubahan iklim, meningkatkan ketahanan pangan, menjaga suplai air, serta melindungi keanekaragaman hayati.

Dengan tema “Pulihkan Lahan, Buka Peluang”, Peringatan Hari Penanggulangan Degradasi Lahan dan Kekeringan Sedunia yang jatuh pada 17 Juni 2025 ini menjadi sebuah momentum penting dalam menumbuhkan dan meningkatkan kesadaran masyarakat global untuk berpartisipasi aktif dalam menjaga dan melestarikan lingkungan. Selain itu, peringatan ini bisa menjadi kesempatan bagi semua elemen masyarakat, termasuk sektor swasta, untuk berpartisipasi aktif dalam upaya pemulihan lahan yang terdegradasi.

Oleh karenanya, tujuan utama penanaman simbolis ini adalah untuk memperluas keterlibatan sektor swasta dalam kerja sama pada program restorasi atau pemulihan hutan yang terdegradasi untuk mendukung beberapa Tujuan Pembangunan Berkelanjutan/Sustainable Development Goals (SDGs) dan melestarikan jenis pohon lokal yang terancam punah serta mengurangi dampak perubahan iklim.

Lebih lanjut, Dolly, yang juga merupakan pengajar di Sekolah Pascasarjana Universitas Pakuan menjelaskan “Forest Restoration Project: SDGs Together!” adalah program pemulihan hutan yang terdegradasi yang diharapkan dapat membantu upaya mengembalikan fungsi pengaturan tata air dan iklim mikro pada ekosistem hutan, mengurangi resiko kerusakan lingkungan seperti erosi dan tanah longsor, tercemarnya sumber air, turunnya muka air tanah, kebakaran lahan, serta polusi udara. Pemulihan hutan terdegradasi juga dapat memperbaiki kualitas lingkungan, termasuk kualitas udara, kualitas air, pohon, tanah, dan populasi satwa liar beserta habitat alaminya. Tidak hanya mendukung pemulihan hutan terdegradasi,, program ini juga akan mampu mendorong peningkatan sosial-ekonomi masyarakat lokal secara berkelanjutan

“Sesuai dengan misi dari Persatuan Bangsa-Bangsa atau United Nation Sustainable Development Goals (UN SDGs) yaitu no one left behind dalam mencapai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan, kami menggunakan pendekatan kolaborasi multipihak, salah satunya dengan menggandeng sektor swasta dari Jepang untuk mendukung gerakan pemulihan hutan terdegradasi di Pulau Sumatera khususnya di Provinsi Riau,” tegas Dolly yang juga​ anggota Commission on Ecosystem Management IUCN.

Representative Director APP Japan Ltd., Tan Ui Sian mengatakan bahwa pihaknya akan lebih gencar mengajak multi-stakeholders di Jepang untuk mendukung Forest Restoration Project: SDGs Together ini. Saat ini, program tersebut berfokus untuk mendukung SDGs ke 12 yaitu memastikan pola konsumsi dan produksi yang berkelanjutan, target SDGs ke 13 yaitu mengambil tindakan cepat untuk mengatasi perubahan iklim dan dampaknya dan target SDGs ke 15 yaitu melindungi, memulihkan, dan mendukung penggunaan yang berkelanjutan terhadap ekosistem serta target SDGs ke 17 yaitu menguatkan sarana pelaksanaan dan merevitalisasi kemitraan global untuk pembangunan berkelanjutan.

“Kerja sama dengan KPHP Minas Tahura telah memasuki tahap ke-5 dan bagi kami telah memberikan nilai tambah lebih besar untuk mengembangkan program dengan melibatkan semua pemangku kepentingan di Jepang. Kami berharap dapat mengajak multi-stakeholders dari mancanegara lebih luas lagi untuk mendukung program Forest Restoration Project: SDGs Together,” tandas Tan.

Sementara itu, Kepala KPHP Minas Tahura, Sri Wilda Hasibuan, S.Sos., M.Si., menuturkan bahwa kawasan Tahura SSH merupakan kawasan konservasi alam yang ditetapkan oleh Menteri Kehutanan pada tahun 1999. Tahura SSH memiliki luas kawasan lebih dari 6.000 hektar. Sayangnya, saat ini sebagian besar wilayah tersebut telah mengalami deforestasi dan degradasi akibat aktivitas ilegal seperti perambahan lahan, pembalakan liar dan lain sebagainya.

“Kami terus melakukan pengawasan dan pemulihan fungsi kawasan Tahura SSH melalui program perlindungan dan restorasi hutan yang terdegradasi. Upaya ini tidak bisa kami lakukan sendiri, namun perlu adanya sinergi dan kolaborasi dengan berbagai pihak. Misalnya, pada pertengahan 2022 lalu, kami bersama Belantara Foundation dan pemangku kepentingan di Jepang menggagas program yaitu Forest Restoration Project: SDGs Together. Program ini bertujuan untuk memulihkan kawasan hutan yang terdegradasi agar dapat berkontribusi pada mitigasi dan adaptasi perubahan iklim serta mendukung pemenuhan Nationally Determined Contribution (NDC) Pemerintah Indonesia untuk mengurangi emisi karbon di Provinsi Riau,” pungkas Sri.

(RWN)

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

About admin

Check Also

Peneliti BRIN Amati Keanekaragaman Burung Di Bukit Batu Riau

BP, Riau — Menurut dokumen Strategi dan Rencana Aksi Keanekaragaman Hayati Indonesia, IBSAP 2025-2045, Indonesia …