BP_Bogor——-Air terjun yang deras membias di Cibereum, sebuah air terjun yang debit airnya lebih banyak dari dua air terjun tetangganya di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGGP). Selama bulan Januari sampai Februari hujan turun disertai angin yang kencang dan terjadi cukup sering sehingga berbahaya untuk pendakian. Hujan juga turun ketika musim kemarau, menyebabkan kawasan TNGGP memiliki curah hujan rata-rata pertahun 4.000 mm. Rata-rata suhu di Cibodas 23 °C. “ulas seorang aktivis dari Klub Indonesia Hijau (KIH) Regional 01 Jakarta yang enggan disebutkan namanya pada acara Operasi Bersih di kawasan tersebut (26/4/2015). “Semoga gerakan ini menjadi menjadi bola salju yang bisa berdampak kepada penggiat dan penikmat alam.” letupnya. Sebelumnya para aktivis lingkungan yang fokus pada masalah pertambangan memulai pendakian jam 9 pagi setelah mendengarkan cerita tentang pengelolaan TNGGP. Eko Wiwid Arengga yang akrab dipanggil Eko menjelaskan tentang aturan yang ketat di TNGGP, hal ini tak heran, Eko memaparkan berapa banyak jumlah organisasi pecinta alam di Indonesia, namun yang terjadi sampah makin menumpuk. Para aktivis lingkungan yang fokus pada masalah pertambangan dalam beberapa hari di Cibodas mendapatkan banyak gambaran tentang pola keterkaitan antara manusia dan lingkungannya. Ojan salah satu peserta mengungkapkan bahwa kita harus maksimal menjaga alam, untuk bumi yang lebih lestari. Ojan tak sendiri. Peserta terdiri dari Mapala, aktivis lingkungan dan budaya juga melakukan aksi bersih gunung dari Air terjun sampai ke Pos Jaga TNGGP. Dalam aksi ini peserta juga melihat keanekaragaman hayati yang terdapat di TNGGP. “Saya banyak belajar” terang Umbu salah satu aktivis asal Sumba, NTT. Umbu juga melihat pola keterkaitan yang erat antara manusia dengan alam. Melintasi telaga, rawa, jembatan, jalan meninggi dan berbatu membuat Umbu yakin bahwa ketika kita baik menjaga alam maka kita akan merasakan kebaikan yang alam berikan terhadap kita lebih dan tak terkira. Dalam kesempatan dua jam Ojan salah yang kebetulan kuliah di Fakultas Pertanian menjelaskan manfaat tumbuhan yang ada di hutan untuk obat dan survival apabila dalam keadaan terdesak. Nana salah satu penggerak kegiatan ini berharap agar Mahasiswa Pecinta Alam juga gemar menjaga lingkungan, bukan hanya naik gunung. Sekitar tahun 2003 sampai tahun 2007 Nana pernah menjadi aktivis Zero Waste yang gemar bertualang dengan tidak membawa sampah ke gunung, Nana memaparkan tiga isu yang diusung, aman nyaman berwawasan lingkungan, safety procedur pendakian serta budaya. (FAI)
admin
Latest posts by admin (see all)
- Belantara Foundation Tanam Pohon Langka Di Riau - November 29, 2024
- Pengamatan Keanekaragaman Hayati SMA 1 Sukaraja Bogor - November 26, 2024
- Sevenist Menerangi Indonesia 3 Bantu Ponpes di Lampung - November 26, 2024