BP, Bima — (27/09/17). Kabupaten Bima khususnya Kecamatan Wera, sebagian besar masyarakatnya hidup dari bertani. Tanaman bawang merah menjadi primadona, merupakan tanaman sumber kehidupan mereka.
Secara berkala dalam tiga kali setahun mereka bertani bawang merah. Pada musim hujan, musim kemarau serta musim pembibitan.
Sekarang petani Bima berada pada musim pembibitan, musim ini adalah musim mereka harus bersaing dan berperang dengan ulat. “Ulat itu tak mampu ditangani oleh petani, berbagai macam pestisida bermerk disemprotkan oleh petani untuk membunuh dan menghilangkan hama ulat tersebut tapi hasilnya tidak mempan,” ungkap Pak Ismail yang ditemui langsung di kebunnya.
Di balik itu juga petani menjerit karena mahalnya obat-obatan (pestisida) yang dijual di toko-toko pertanian tidak sebanding dengan harga bawang saat ini. Seperti yang diuraikan oleh Pak Ismail, “Dengan mewabahnya ulat-ulat ini, kami para petani bawang ada yang gagal panen karena ulat dan mahalnya harga obat-obatan dan tidak sebanding dengan menurunnya harga bawang merah saat ini,” tuturnya.
“Kami juga harus hutang ke sana ke sini demi membiayai semuanya,” tambah Ismail, petani yang lain.
(Tri Sutrisno. Warga Wera, Bima, NTB)
admin
Latest posts by admin (see all)
- Pengelolaan Sampah Berkelanjutan Mendukung Ekonomi Sirkular - Mei 11, 2025
- Rekreasi Dan Edukasi di REL - April 30, 2025
- Penyadartahuan Kelestarian Gajah Lewat Guru SD - April 26, 2025