Selasa , Maret 19 2024
Home / Jurnal Masyarakat / Mengenal Lodge Pada Pendakian Gunung Di Jepang

Mengenal Lodge Pada Pendakian Gunung Di Jepang

Oleh: Henri Agustin

Tulisan ini saya buat sebagai gambaran untuk senior-senior dan sedulur-sedulur yang kurang atau tidak memahami tulisan saya mengenai

pengelolaan pendakian di Indonesia dengan konsep lodge.

Saya nulis berikut pengalaman saya agak panjang tapi bukan bermaksud pamer hanya share sebuah pengalaman yang telah merubah cara pandang saya terhadap pengelolaan kegiatan pendakian. Jadi mohon jangan salah mengerti.

Tahun 90-an saya berkesempatan tinggal cukup lama di Tokyo, dan seperti halnya waktu di Indonesia, hobi naik gunung tetap saya lakukan, hampir seluruh pegunungan bagus di Jepang saya sudah mendakinya, mulai dari Pulau Honshu hingga Hokaido. Pertama kali mendaki saya cukup terkaget-kaget dengan pengaturan yang mereka lakukan yaitu:

  1. Sistim Pendaftaran.
    Tidak ada birokrasi yang jelimet, saya cukup mengisi formulir yang berisikan informasi jumlah pendaki, jalur naik dan jalur turun, peralatan dan logistik yang dibawa, rencana lokasi tidurnya di camp/lodge mana, berapa hari dan lainnya. Kemudian formulir itu kita masukan ke dalam sebuah kotak yang sudah disediakan. Beberapa gunung saat winter menyediakan kantong platik zip untuk BAB dan pee botle atau botol untuk pipis, dan nanti harus dibawa turun, karena saat winter beberapa lodge tutup otomatis WC nya juga ngga berfungsi. BAB dan pipis di salju adalah pencemaran karena salju akan menjadi sumber air nantinya. Sistim seperti ini bisa berfungi disana karena juga didukung oleh disiplin orang-orangnya dan sangat tepo seliro, tidak egois.
  2. Lokasi Mendirikan Tenda
    Semua gunung memiliki lodge dan ada lokasi nenda dekat lodge-nya. Tidak boleh sembarangan mendirikan tenda, harus dilokasi yang sudah ditentukan dan lokasi tersebut dekat dengan lodge karena yang mengelola adalah pihak lodge. Jika lokasi camp penuh tidak boleh mendirikan di lokasi lain dengan begitu kuota lokasi itu mereka bisa pertahankan. Saya pernah waktu itu rencana mau camp di lokasi lodge pertama karena saya sampai lokasi sudah sore, tapi saat sampai di lokasi lodge itu ternyata camp sites sudah penuh, lalu saya dipersilahkan menggunakan lodge karena masih ada tempat kosong di dalamnya. Dasar saya orang Indonesia yang ngirit saya nggak mau tidur di lodge dan ngotot nge-camp saja, mereka mempersilakan saya untuk nge-camp di lodge yang berikut sekitar 2 jam perjalanan lagi. Pada saat saya bilang, “Saya camp di lokasi sedikit keluar dari garis lokasi camp, kan ada tanah kosong.” Mereka menjawab, “Anda akan merusak ekosistim yang akan tumbuh disana, karena bukan saja tumbuhan yang akan tumbuh tapi juga binatang yang mungkin bersarang disana, kami menyediakan lokasi camp hanya yang sudah ada tandanya saja, diluar itu dilarang.” Terdengar alasan itu sedikit agak berlebihan buat saya yang biasa bebas mendaki di Indonesia. Tapi kemudian saya bisa memahaminya, akhirnya saya menginap di lodge tersebut.

Tapi memang sepanjang jalan setapak saya tidak menemukan adanya tanah-tanah kosong bekas camp di kiri kanan jalan ditumbuhi semak dan bunga-bunga liar. Jalan setapak pun terawat dan alami karena pihak lodge juga bertanggung jawab merawatnya. Memperbaikinya jika rusak karena aliran hujan. Sepanjang jalan setapak sangat alami.

  1. Kondisi Menginap di Camp Sites dan Lodge.

Nenda di lokasi camp bisa di-booking atau bisa juga datang langsung tapi resikonya kalau kepenuhan akan disarankan lanjut ke lokasi berikutnya. Pendaki dikenakan bayaran yang dihitung per orang. Bayaran itu adalah untuk pemeliharaan lokasi camp, uang sampah dan kebersihan toilet. Semua sampah harus dipisah berdasarkan jenis. Sampah kaleng harus digepengkan dan ada alatnya tersedia untuk digunakan, pendaki harus mematuhi semuanya. Mencuci peralatan masak di tempat yang disediakan, ngga boleh sembarangan di sungai atau di telaga.
Jika menginap di lodge, fasilitas yang didapat adalah kasur bantal dan selimut. Ruang tidurnya berupa dormitory ada yang berupa ruang ngampar ada kasur bantalnya dan ada juga yang dengan tempat tidur bertingkatnya, semua menjadi satu di satu ruangan, ada juga lodge yang per kamar biaya nya lebih mahal sedikit dari pada yang dormitory. Sudah dapat makan pagi, dan makan malam terpisah beli sendiri. Ada tempat penyimpanan sepatu, kebersihan adalah hal yang nomor satu. Dilarang seenak jidat mengamparkan kaos basah dengan keringatnya di atas tempat tidur. Menghormati orang lain, tidak berisik, jika mau kongkow ngobrol ada lokasi buat duduk di luar atau di beranda.

Lodge nya juga berfungsi sebagai pos tim SAR. Pernah waktu mendaki saat winter ada badai salju dan seorang pendaki yang terburu-buru turun dengan ransel besar mengalami patah tebu di lututnya karena saat dia turun terburu-buru kakinya yang tidak pakai snow shoes terperosok sedengkul di salju dan karena daya dorong plus ransel yang berat menyebabkan tubuhnya terdorong ke depan sehingga patah tebu di dengkulnya. Kejadian itu dekat lokasi camp, hanya 5 menit kurang tim SAR dengan peralatan lengkap segera mengevakuasinya ke dalam lodge dan memberikan pertolongan pertama. Saya membayangkan jika kejadian itu di Indonesia penderita pasti akan menunggu lama untuk pendapatkan pertolongan dari tim SAR. Rupanya petugas lodge-nya juga memiliki keahlian rescue. Keesokan harinya korban dievakuasi dengan helikopter tapi kondisinya sudah ditangani dengan benar.

Dengan ada sistim lodge tersebut saya melihat, kelestarian alam terjaga karena saat saya berkesempatan tinggal lagi di Tokyo pada tahun 2003 dan kembali mendaki beberapa gunung yang pernah saya daki, kondisi jalan setapak serta lokasi campnya tidak berubah tetap lestari. Memang ada beberapa lodge baru tapi posisinya justru semakin mempermudah pendaki, yang tadinya ada lodge berjarak 4 jam sekarang di tengahnya ada lodge baru, dan di sana kebanyakan yang mengelola lodge adalah orang pribadi, ada juga pendaki yang saking cintanya sama gunung itu dia berhenti bekerja dan mendirikan lodge di sana, dan ikut memelihara kelestarian gunung itu dan memberikan servis bagi para pendaki. Selain itu dengan sistim pembatasan lokasi nge-camp sangat berpengaruh terhadap pengelolaan sampah dan kuota pendaki. Sistim ini saya rasa bagus diterapkan di Indonesia yang kewalahan mengatur sistim kuotanya, dengan adanya batasan tempat nge-camp dan lodge akan mudah menghitung kuota untuk nge-camp dan untuk lodge. Jika ada yang berlebih artinya yang memberikan izin telah melanggar aturan.

Jadi sebagai pendaki yang tadinya tidak pernah merasakan aturan-aturan seperti ini saya awalnya kaget juga tapi kemudian setelah melihat efeknya saya mejadi sangat suka sekali karena pendaki diberikan pilihan mau menginap di lodge keuntungannya ngga perlu berat-berat bawa tenda dan bahan makanan pokok,serta sleeping bag. Cukup bawa pakaian ganti, jaket dan lainnya. Lebih ringan tapi memang costnya lebih mahal daripada camp. Kalau camp lebih murah hanya kadang tempat terbatas dan pastinya kita seperti biasa harus bawa lengkap tenda, makanan dan alat masak. Tapi jika ingin membeli makanan di lodge juga bisa jadi ngga perlu masak-masak, menu yang disajikan juga ngga kalah menariknya, ada sayuran dari sekitar hutan lodge itu dan jika ada sungai juga ada ikan yang diambil dari sungai tersebut. Hidangannya tidak wahhh, sederhana tapi OK. Jadi saya merasa sangat nyaman dan dimudahkan tinggal memilih mau nenda atau lodge.

Sementara di Kinabalu lain lagi, semua pendaki harus menginap di lodge. Dilarang nenda, paket yang dibeli sudah berikut guide dan makanan serta lodge. Menginap harus di lodge yang sudah ditentukan di dalam paket. Tapi berkat itu Kinabalu jadi bersih dan menjadi andalan pariwisata alam Malaysia. Di dua negara Asia ini bisa jadi contoh bagus untuk pengelolaan pendakian gunung, dan mereka berhasil gunungnya jadi lestari, wisata alam pendakiannya jadi lebih teratur

Foto adalah pemanis dua tipe lodge yang banyak di jumpai di gunung-gunung di Jepang.

Hendri Agustin

The following two tabs change content below.

About admin

Check Also

Educamp Yayorin Untuk Generasi Muda Sadar Lingkungan

BP, Lamandau — Kegiatan yang bertajuk Educamp merupakan rangkaian kegiatan pendidikan lingkungan hidup yang diadakan …