Kamis , April 18 2024
Home / Nasional / KEHATI Dorong Pemberdayaan Produk Lokal Pedesaan

KEHATI Dorong Pemberdayaan Produk Lokal Pedesaan

BP, Jakarta — Pada tanggal 13 Oktober 2017 Festival Panen Raya Nusantara (PARARA) dibuka. Perhelatan ini diadakan di Taman Menteng, Jakarta Pusat hingga 15 Oktober 2017. Acara diramaikan dengan pertunjukan musik, budaya, aneka produk dan makanan nusantara.

Sekitar 85 komunitas lokal turut meramaikan Festival PARARA. PARARA bertujuan untuk mendukung pemberdayaan ekonomi komunitas lokal dengan pengelolaan produk secara adil dan lestari dengan memperhatikan dan mempertahankan kearifan lokal. Yayasan Keanekaragaman Hayati Indonesia (KEHATI) telah melakukan pemberdayaan ekonomi pertanian lokal di Nusa Tenggara Timur dengan pengembangan komoditas sorgum.

Direktur Eksekutif Yayasan Keanekaragaman Hayati Indonesia (KEHATI) MS Sembiring, Jumat (13/10/2017) mengatakan, meskipun hanya menempati 1,3 persen dari total luas bumi, Indonesia dihuni sekitar 17 persen spesies flora dan fauna yang ada di planet ini.

Komoditas tersebut di antaranya: sagu, sorgum, kopi, rempah-rempah, madu, bahan-bahan bio-farmasi, umbi-umbian, bambu, produk hasil hutan bukan kayu (HHBK), dan lain sebagainya.

“Jika saja komoditas-komoditas tersebut dapat dikembangkan dengan baik, diperhatikan aspek budidaya dan produksinya, pengembangan nilai tambahnya, pasar, serta kebijakan regulasinya secara tepat, akan memberi solusi bagi persoalan ekonomi, sosial, dan lingkungan kita,” kata Sembiring.

Keberhasilan pengembangan komoditas sorgum di Nusa Tenggara Timur yang dijalankan KEHATI bersama mitra-mitranya dalam beberapa tahun terakhir merupakan salah satu bukti bahwa komoditas lokal dapat berperan strategis bagi kesejahteraan warga. Manajer Program Ekosistem Pertanian KEHATI, Puji Sumedi, mengungkapkan, pengembangan sorgum di provinsi tersebut terbukti tak hanya mampu menyediakan sumber pangan pokok non-beras bagi warga, tetapi juga memberikan tambahan sumber penghasilan baru bagi petani setempat.

Pada tahun 2017, kegiatan penanaman sorgum mencapai luasan 220 hektar, dengan tingkat produktivitas 2,8 ton per hektar, dengan tambahan penghasilan yang didapat per petani rata-rata sekitar Rp 1.295.000 per bulan. Gerakan menanam sorgum yang sebelumnya hanya di Kabupaten Lembor dan Flores Timur, kini telah menyebar ke Ruteng dan Lembata. Sorgum juga menjadi sumber pangan konsumsi harian.

“Warga makin bersemangat untuk menggarap lahannya karena sorgum mampu bertahan pada kondisi alam yang sulit ditebak, bahkan el nino. Padahal, jagung dan padi yang ditanam pada situasi seperti ini umumnya mati. Sorgum menjadi solusi bagi warga terhadap perubahan iklim,” ujar Puji.

Sorgum hanyalah salah satu contoh potensi sumber daya lokal yang sangat potensial sebagai sumber kesejahteraan masyarakat pedesaan. Contoh lainnya yang juga potensial dikembangkan sebagai komoditas unggulan mengingat besarnya potensi yang dimiliki Indonesia salah satunya adalah rempah-rempah.

Cengkeh merupakan salah satu jenis rempah di mana Indonesia menjadi produsen utama dunia. Sekitar 80 persen produksi cengkeh dunia didatangkan dari negeri ini. Sisanya berasal dari Madagaskar, Tanzania, Pakistan, Zanzibar, dan India. Di pasar internasional, cengkeh digunakan untuk bumbu dan parfum. Anti-oksidan dalam cengkeh juga tergolong tinggi. Di Indonesia, sayangnya, berdasarkan data Asosiasi Petani Cengkeh Indonesia (APCI), produksi cengkeh 93 persen dikonsumsi hanya untuk industri rokok kretek.

Luasan kebun cengkeh pun cenderung turun. Lahan produktif untuk komoditas ini secara nasional pada tahun 2017 ini hanya sekitar 300.000 hektar, jauh di bawah luasan lahan sebelum tahun 2000-an yang masih di atas 800.000 hektar. Industri pengolahan cengkeh non-rokok pun masih sangat terbatas.

Sebagaimana cengkeh, kapulaga dan kayu manis juga merupakan jenis rempah yang memiliki potensi sangat besar. Saat ini, Indonesia ada di peringkat ketiga sebagai produsen kapulaga terbesar di dunia, di bawah Guatemala dan India. Bahkan, untuk kayu manis, Indonesia menduduki ranking pertama. Sekitar 43 persen kayu manis dunia berasal dari negeri ini. Untuk produksi lada hitam, Indonesia menduduki peringkat kedua dunia secara global setelah Vietnam.

Selain rempah, Indonesia juga cukup berpengaruh dalam komoditas lainnya, seperti bambu, kakao, kopi, teh, kelapa, sagu, dan karet. Belum lagi komoditas empon-empon, seperti jahe, kunyit, laos, temulawak, dan masih banyak lagi.
“Jika dikembangkan dengan strategi industri yang baik , nilai tambahnya akan kian besar. Penghasilan masyarakat kecil di perdesaan akan meningkat, terlebih pelaku usaha komoditas seperti bambu, kopi, dan rempah, umumnya bukan konglomerasi. Angkatan kerja yang terserap ke pasar tenaga kerja akan semakin banyak,” ujar Puji.

KEHATI menyampaikan bahwa negara lebih banyak berkutat pada upaya swasembada pangan, yang hanya merujuk kepada padi atau beras dan jagung. Dana subsidi triliunan rupiah untuk swasembada pangan setiap tahun dikucurkan, namun umumnya hanya diarahkan untuk kedua jenis produk tersebut.

Masyarakat di dalam dan sekitar kawasan hutan, lanjut Sembiring, masih memerlukan pendampingan, mulai dari penyusunan rencana umum dan rencana operasional dalam mengimplementasikan perhutanan sosial, hingga pemasaran komoditas dan produk yang dihasilkan dari pemanfaatan sumber daya hutan.

Di samping itu, penguatan aspek kelembagaan masyarakat juga mutlak diperlukan. Dari hasil pendampingan KEHATI bersama para mitranya selama ini, salah satu permasalahan pengelolaan perhutanan sosial adalah belum matangnya lembaga-lembaga yang ada di desa dalam memahami tugas, pokok, dan fungsi (tupoksi), serta keterbatasan keterampilan manajerial mereka dalam pengelolaan hutan.

“Pelatihan dan pengembangan HHBK, seperti pengembangan produk madu hutan, kopi, dan kerajinan tangan, akan sangat membantu masyarakat menyukseskan program perhutanan sosial,” tandas Sembiring.

(RWN)

The following two tabs change content below.

About admin

Check Also

Pengamatan Burung SAI Dan Belantara Foundation

BP, Jakarta — Belantara Foundation dan Sekolah Alam Indonesia (SAI) tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP) …