Rabu , Desember 4 2024
Home / Opini / Kyai Hasyim Yang Saya Kenal

Kyai Hasyim Yang Saya Kenal

Oleh: Muhammad Romahurmuziy, Ketua Umum DPP PPP.

Suatu hari 2007, selepas Pilkada Jatim yang adalah satu-satunya di sejarah pilkada langsung yang berjalan 3 putaran, saya dan beberapa rekan nahdliyyin duduk santai bersama Kyai Hasyim di kediaman beliau, Jl. Cengger Ayam, Malang. Saya bertanya, “Kyai, katanya Jawa Timur itu basis NU. Mengapa kita kok kalah ngusung gubernur NU? Apa warga NU dan para santri sudah tidak taat kepada para kyainya?”

Sebagai catatan, saat itu PPP sebagai satu-satunya parpol parlemen mengusung Khofifah sebagai Cagub Jatim, bersama 16 parpol non parlemen. Jawaban Kyai Hasyim enteng, “Rom, dulu santri-santri NU itu kaya saya. Sekarang, santri-santri NU itu kaya kamu-kamu.” Meski disampaikan sambil terkekeh, saya merasakan jawaban itu menandai keprihatinan Kyai Hasyim atas dekadensi moral dan tradisi ketaatan yang khas dimiliki warga NU.

Indonesia umumnya dan NU khususnya kehilangan salah satu ulama yang lengkap pengalamannya, dalam ilmunya, santun tutur-bahasanya, teguh pendiriannya, luas pergaulannya, diterima seluruh umat lintas agama. Kyai Hasyim adalah ulama yang langka, bukan hanya menekuni ilmu agama, namun juga mempraktekkannya dalam aktivitas organisasi, berbangsa, dan bernegara. Beliau seorang kyai yang ‘alim, organisator ulung, orator hebat, politisi yang konsisten sekaligus negarawan sejati. Itulah kesan yang saya rasakan sebagai orang yang merasa sangat beruntung berkali-kali menimba ilmu langsung dari almarhum. Tidak pernah lazimnya ulama, Kyai Hasyim marah-marah kepada siapapun. Beliau teguh dalam memegang prinsip, namun halus dalam penyampaian. Satu hal yang saya kenang, setiap beliau selesai berpidato, tak pernah absen bertanya kpd orang-orang sekeliling beliau, termasuk saya, “Bagaimana tadi pidato saya, lumayan, lebih dari lumayan, atau kurang dari lumayan?”
Pertanyaan tersebut, sekaligus cermin kerendah-hatian beliau kepada siapapun. Bahwa ulama, kyai, juga manusia yang tak pernah luput dari salah dan alpa. Pilihan beliau untuk dimakamkan di ponpesnya di Depok, bukannya di TMP Kalibata, Jakarta, atau Malang kota tempat awal beliau membina masyarakat, tak lepas dari perhatiannya yang luar biasa kepada para santri Al Hikam II, yg beliau tengah bina. Bahwa ulama sejati, adalah yg lahir, besar dan kembali ke dunianya, dunia santri. Sebagai warga nahdliyyin dan “santri” Kyai Hasyim, saya berterimakasih kepada Pemerintah yg telah menghormatinya secara paripurna dalam upacara militer.

Saya menulis ini, dalam iring-iringan kendaraan menghormati Kyai Hasyim dari Bandara Halim, Jakarta, ke Ponpes Al Hikam, Depok, tempat peristirahatannya yang abadi. Selamat jalan Kyai, kami semua kehilangan guru bangsa sejati. Semoga kami dapat meneruskan silaturrahmi, moderasi, dan keteguhan panjenengan dalam mengawal Islam rahmatan lil ‘alamin di bumi NKRI.

Jakarta-Depok, 16 Maret 2017
M. Romahurmuziy
Ketua Umum DPP PPP

(Editor: Ridwan Ali Tamin)

The following two tabs change content below.

About admin

Check Also

Capaian Ekspor Domba Kambing Melonjak

Negeri tetangga kita membutuhkan setidaknya 60.000 ekor ekor domba setiap tahun atau 5.000 per bulan …