Kamis , Maret 28 2024
Home / Internasional / Pesona Keramahan Hanoi

Pesona Keramahan Hanoi

BP_Hanoi——-Keramahan mengalahkan kebiasaan berbahasa Inggrisnya,  hampir semua orang di Ha Noi menyambut semua yang bertanya, jikalau pelancong tidak tau jalan. Beberapa kali bahu saya ditepuk setelah menanyakan salah satu area strategis di Ha Noi. Lebih banyak menggunakan bahasa tubuhnya untuk menujukan jalan lurus, ke kiri dan ke kanan. Nama Ha Noi berasal dari bahasa Mandarin, yang berarti Dông Kinh yang kemudian menjadi Tonkin dan digunakan untuk menyebut seluruh Vietnam oleh Bangsa Eropa.

Ha Noi sudah menjadi ibu kota Vietnam sejak abad VII, namun pada tahun 1946-1954 terjadi Perang Vietnam antara tentara Vietnam dengan Perancis yang menyebabkan Hanoi berubah menjadi ibu kota Vietnam Utara. Pada tanggal 2 Juli 1976 ketika Perang Vietnam berakhir dan dengan bersatunya Vietnam Utara dan Selatan, Ha Noi kembali menjadi ibu kota seluruh wilayah Vietnam.

Berkeliling di kota ini kita bisa dengan puas melihat bangunan bangunan tua. Kecepatan rata rata kendaraan tidak lebih dari 60 km / jam di dalam kota. Yang menarik disini hanya 80 persen pengendara menggunakan helm,  Helmnya pun lucu-lucu, dari jauh nampak seperti topi.

Penduduk Ha Noi tercatat mencapai 6.500.000 jiwa pada tahun 2009, Ibu kota Vietnam ini menjadi kota terpadat kedua setelah Ho Chi Minh. Kepadatannya berkisar 19 orang / km persegi.
di Ha Noi anda jangan kaget apabila ada klakson berbunyi keras serta berulang, nampaknya orang di sini sudah terbiasa.

Untuk memilih makanan bagi yang muslim harus lebih berhati-hati karena dominan makanan di sini adalah babi. Kita bisa menyiasatinya dengan memesan vegetarian food.

Daerah ini pernah dijajah Jepang dan dibebaskan pada tahun 1945, ketika ia menjadi pusat pemerintahan Vietnam.
Dari 1946 hingga 1954, Ha Noi menjadi lokasi pertempuran sengit antara Perancis dan tentara Vietnam. Sejak itu, Ha Noi menjadi ibukota Vietnam Utara.

Warung kaki lima disini menyediakan banyak bangku jongkok, jadi untuk rekan-rekan yang mau sekedar minum teh di pinggir jalan bisa duduk nampak seperti orang membilas pakaian secara manual.

Banyak kesan yang saya catat disini, kota ini sangat sederhana serta berbudaya, mungkin hal itulah yang membawa para pelancong hadir ke sini. Tentu saja pilihan utamanya karena semuanya serba murah,  dari makan, transport serta mendapatkan fasilitas lainnya.

Mengelilingi kota ini juga tak lepas dari pemandangan pedagang bunga. Mereka mengantarkan dan membawa bunga yang dipesan. Saya bisa merasa bangga memiliki Rupiah disini, jika dibandingkan ke negara lain, karena mata uang Dong nilai tukarnya di bawah Rupiah. (FAI)

The following two tabs change content below.

About admin

Check Also

Ketua PP Muhammadiyah: SAR Adalah Kegiatan Mulia

BP, Jakarta — Sudah sepantasnya kita sebagai bangsa Indonesia memberi prioritas kepada Timor Leste, karena …