Sabtu , April 20 2024
Home / Nasional / Ketum Tegaskan PPP Bukan Pendukung Penista Agama

Ketum Tegaskan PPP Bukan Pendukung Penista Agama

Foto: KH Syukron Makmun berceramah pada peringatan Milad PPP ke 45.

BP, Jakarta — Peringatan Hari Lahir (Harlah) Partai Persatuan Pembangunan berlangsung semarak. Peringatan harlah PPP ke 45 ini dilakukan di halaman kantor DPP PPP, Jalan Diponegoro nomor 60, Menteng, Jakarta Pusat pada Jumat, 6 Januari 2018.

Ketua Umum DPP PPP Muhammad Romahurmuziy dalam sambutannya menyampaikan syukurnya, karena peringatan harlah PPP kembali diadakan di kantor DPP Jalan Diponegoro. “Kembalinya kantor DPP ibarat fathul makkah. Tanpa gesekan sehelai benangpun karena ditinggal oleh yang tak berhak,” jelas Rommy. Sebelumnya kantor DPP PPP di Jalan Diponegoro memang dikuasai Djan Faridz cs.

Dalam sambutannya Rommy menegaskan bahwa PPP tetap konsisten pada ajaran Islam. Ia menepis fitnah yang beredar di media sosial bahwa PPP adalah partai pengusung penista agama. “Berkali-kali saya tegaskan, bahwa hal itu adalah fitnah yang tidak benar. Kalaupun ada disebut bahwa PPP pada hari itu dukung Ahok, itu dilakukan oleh penghuni Jalan Diponegoro 60 ini sebelumnya,” tegas Rommy seraya menyindir Djan Faridz dan kawan-kawan yang membawa nama PPP secara ilegal untuk dukung Ahok. “Dengan adanya dualisme kepemimpinan saat itu, maka saudara Djan Faridz secara terbuka melakukan deklarasi dukungan kepada Ahok. Dan perlu saya tegaskan bahwa DPP PPP hasil Muktamar Pondok Gede 2016 tidak pernah menerbitkan selembar dukungan pun baik putaran pertama maupun putaran kedua kepada Ahok.” Lantas kenapa kita diam? Saya katakan kita memilih kita sukut atau diam karena kita saat itu dihadapkan pada situasi-situasi politik yang rumit. Yang kalau kita melakukan bantahan secara terbuka hanya akan memperumit kelangsungan kepemimpinan Muktamar Pondok Gede,” jelas Rommy.

Rommy mendorong para kader untuk kerja keras tiga kali lipat. Terlebih PPP baru menuntaskan konflik yang terlama dan paling menyita energi dalam sejarah partai. Rommy mengingatkan bahwa partainya menghadapi lima tantangan di Pemilu 2019. Salah satunya terjadinya migrasi atau perpindahan ideologis dari partai agamis ke partai nasionalis.

“Pada pemilu 1955, partai-partai agamis mendapatkan perolehan suara 43,5 persen. Pada pemilu 2014, angka ini merosot menjadi 31 persen, yang terdiri atas PPP, PKB, PAN, PKS dan PBB,” papar Rommy. “Hal ini harus kita jawab dengan silaturrahim ke basis, membangun ketokohan pemimpin-pemimpin partai, serta kerja nyata dan menyentuh kepentingan rakyat,” ujarnya.

Tantangan kedua jelas Rommy adalah Pilkada 2018 yang melibatkan 70 persen pemilih di Indonesia akan menjadi pemanasan dan gambaran pertarungan di Pemilu 2019.

Tantangan ketiga, kemungkinan adanya kontraksi politik akibat fitnah politik yang dibuat seiring massifnya penggunaan media sosial. Dia menilai medsos yang dipakai separuh masyarakat Indonesia justru menjadi penyekat silaturahim dan bukan perekat silaturahmi. Alasannya, karena menjauhkan yang dekat hanya karena perbedaan soal Pilkada dan Pilpres.

“PPP melalui tema hari lahir ini mengajak semua untuk bersatu karena bangsa ini butuh bersatu daripada bertikai. Bangsa ini butuh kekompakan karena musuh kita di luar Indonesia yang ingin mencaplok Indonesia dengan kekuatan finansial dan mengganggu keharmonisan,” ujarnya.

Dia menjelaskan tantangan keempat, Waktu pelaksanaan Pileg dan Pilpres yang bersamaan untuk pertama kalinya, pada tanggal 17 April 2019 sehingga beban elektoral sudah pasti akan ada di pundak seluruh kader. Sebagaimana diketahui, pada Musyawarah Kerja Nasional (Mukernas) II PPP tanggal 21 Juli 2017 telah menetapkan PPP mencalonkan kembali Joko Widodo sebagai Presiden pada Pemilu 2019. Sehingga tugas PPP adalah mendorong Cawapres pendamping Jokowi harus dari kalangan santri, baik figur partai atau non-partai.

“Cawapres yang demikian sekaligus dapat menjawab pelabelan anti-Islam dan pro-komunis yang terus dilekatkan lawan-lawan politik kepada Jokowi,” katanya.

Tantangan selanjutnnya ialah seluruh politisi PPP dihadapkan pada tuntutan pragmatisme pemilih. Rommy menegaskan bahwa Islam mengharamkan risywah termasuk suap dalam mendapatkan suara. Namun realitasnya menurut dia, tanpa pembiayaan yang cukup, caleg-caleg bertumbangan sehingga setiap Dewan Pimpinan Partai harus pandai-pandai dalam merekrut caleg.

Pada kesempatan tersebut juga tampak hadir Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin, sesepuh partai Zarkasih Nur, Aisyah Amini, Bachtiar Chamsyah, Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa yang juga Bakal Calon Gubernur Jawa Timur yang diusung PPP, Emil Dardak pasangan Khofifah sebagai Bakal Calon Wakil Gubernur Jawa Timur.

Pada kesempatan tersebut, ulama kharismatis pimpinan Pondok Pesantren Darul Rahman, Jakarta, KH. Syukron Makmun juga berceramah dan memimpin doa. Kyai Syukron menyampaikan bahwa peran ummat Islam dalam memerdekakan Indonesia adalah sangat besar. “Coba saja sensus kuburan pahlawan, mereka sebagian besar ummat Islam,” papar Kyai Syukron.

(RWN)

The following two tabs change content below.

About admin

Check Also

Pengamatan Burung SAI Dan Belantara Foundation

BP, Jakarta — Belantara Foundation dan Sekolah Alam Indonesia (SAI) tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP) …